“Pandemi telah mendorong berbagai bisnis masuk ke dalam ranah online."
"Jika tidak, mereka akan mengalami kesulitan untuk mempertahankan bisnisnya."
"Selama pandemi, ada lebih dari setengah juta mitra baru di seluruh Asia Tenggara yang bergabung dalam platform Grab."
Baca Juga: Cara Kerja End-to-end Encryption WhatsApp Menurut Pakar IT ITB, Amankah?
"Banyak diantaranya merupakan usaha kecil dan tradisional. Kami bersyukur dan bangga menjadi bagian dari proses transformasi digital UMKM Indonesia,” ungkap Neneng.
Kemampuan UMKM untuk bertahan sangat penting bagi pemulihan ekonomi Indonesia karena perannya yang penting sebagai penyumbang produk domestik bruto (PDB).
Sepanjang 2019, menurut data yang dikutip oleh Asosiasi UMKM Indonesia (AKUMINDO), UMKM menyumbang 60,34% dari PDB dan 14% terhadap total ekspor nasional. Data lain juga menunjukkan bahwa UMKM menyerap 97% tenaga kerja.
Sektor pengantaran barang yang kini menjadi fokus Grab, bukan hanya pengiriman barang dan pemesanan makanan dari warung atau restoran, tetapi sudah berkembang dengan melayani pasar tradisional atau yang sering disebut “pasar basah” dan juga para social seller.
“Kami melihat ada masalah di sektor pasar basah. Saat pembatasan sosial diberlakukan, masyarakat tidak lagi datang ke pasar basah."
"Kami pun berpikir, bagaimana mereka bisa bertahan menjalankan bisnis mereka?"
"Itulah mengapa kami mengembangkan layanan GrabMart dan GrabAssistant, yang dirancang juga untuk menjangkau pasar tradisional."
"Ada puluhan ribu pedagang pasar basah yang bisa terus menjual dagangannya berkat dua layanan ini, ” kata Neneng.