Tak hanya itu, riset tersebut juga menemukan bahwa pengeluaran untuk produk smartphone dalam dua tahun terakhir terus menanjak, yakni hingga 21 persen.
Sementara untuk produk gadget dan elektronik, kenaikannya mencapai 50 persen.
Dengan demikian, dapat disimpulkan gadget enthusiast sering bergonta-ganti gadget dan produk elektronik mengikuti tren terkini.
Baca Juga: Cara Menghasilkan Uang dari Instagram Live, Syaratnya Gampang!
Celah tipu-tipu
Sayangnya, fenomena FOMO memberi celah bagi oknum untuk melakukan aksi tipu-tipu kepada pencinta gadget.
Salah satunya, lewat transaksi online di media sosial, website, atau marketplace.
Hal ini turut diperkuat oleh riset berjudul “Penipuan Digital di Indonesia: Modus, Medium, dan Rekomendasi” yang diterbitkan Center for Digital Society Universitas Gadjah Mada (CfDS UGM).
Riset yang dilakukan pada awal 2022 tersebut menemukan bahwa masyarakat Indonesia masih rentan terhadap penipuan digital, mengingat modus penipuan juga terus berkembang seiring semakin jamaknya kebiasaan berbelanja online.
Dari 1.132 responden yang pernah menjadi korban, sebanyak 29,4 persen responden mengaku pernah menjadi korban penipuan jual beli.
Sementara itu, media komunikasi yang paling banyak digunakan untuk melakukan modus penipuan adalah jaringan seluler (SMS atau panggilan telepon) sebanyak 64,1 persen, diikuti media sosial sebanyak 12,3 persen, aplikasi chat 9,1 persen, situs web sebanyak 8,9 persen, dan email sebanyak 3,8 persen.
Khusus untuk aplikasi chat, modus penipuan umumnya dilakukan penipu dengan menggunakan foto profil berlogo instansi atau figur penting untuk mengelabui calon korban.