Dalam analogi tersebut, ChatGPT hanya berguna apabila siswa sudah memahami komsep pembelajaran yang ada.
Tanpa pemahaman dasar, ChatGPT hanyalah chatbot "hiburan" yang tak bisa dimanfaatkan untuk membantu pembelajaran tingkat lanjut.
Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan Singapura akan memastikan membekali siswa dengan keterampilan standar agar bisa menggunakan alat AI dengan lebih bertanggung jawab.
Menteri Pendidikan Singapura juga akan meminta siswa menguasai kemampuan dalam menilai secara kritis informasi yang diperoleh dari ChatGPT.
Hal ini ditujukan agar siswa tidak tertipu oleh informasi yang tidak akurat bahkan bias.
Baca Juga: 5 Ekstensi Google Chrome untuk Memaksimalkan ChatGPT, Makin Akurat!
Rencana Pemerintah Singapura untuk menggunakan ChatGPT di bidang pendidikan memberi kita perspektif lain terkait sisi positif AI bagi kehidupan.
Pasalnya, beberapa waktu belakangan banyak pihak yang menolak penggunaan teknologi AI ChatGPT di bidang pendidikan.
Institusi pendidikan tinggi seperti Universitas Baptist di Hongkong dan Sciences Po di Perancis melarang penggunaan ChatGPT dalam pengerjaan tugas ataupun pembelajaran.
(*)