Pandemi yang telah berlangsung selama kurang lebih 1,5 tahun ikut mendorong pertumbuhan bisnis McEasy.
Secara tidak langsung, berkat transformasi digital yang dihadirkan di sektor industri logistik, jumlah pelanggan perusahaan telah bertumbuh 10 kali lipat.
Baca Juga: 3 Cara Menjadi Startup yang Berkembang di Tengah Pandemi Ala Traveloka
Portfolio pelanggannya mencakup berbagai industri dan ukuran usaha, misalnya MGM Bosco untuk sektor rantai pasok dingin (cold-chain), Rosalia Indah Group untuk sektor transportasi publik, serta RPX dan FeDex Indonesia untuk sektor logistik last-mile di Indonesia.
Menurut Hendrik Ekowaluyo, Co-Founder McEasy, kekuatan utama McEasy terletak pada platform yang fleksibel sebagai solusi setiap kebutuhan pelanggan.
Berbeda dari penyedia software lain, McEasy biasanya akan mendalami problem utama klien, lalu memaparkan cara menggunakan elemen-elemen pada platformnya untuk mengatasi masalah tersebut.
Misalnya, perusahaan logistik A memiliki masalah X, maka McEasy akan mencari pengaturan paling optimal pada platform dan memandu klien menggunakan pengaturan tersebut sebagai solusi.
"Secara scalability, konsep bisnis ini jauh lebih sustainable, karena kita tinggal mengulik fitur-fitur dalam platform tanpa harus membuat software yang berbeda setiap saat,” tambah Hendrik.
Pendiri McEasy merupakan Raymond Sutjiono dan Hendrik Ekowaluyo, teman dekat sejak kuliah Teknik Mesin di Purdue University, AS. Sebagai veteran yang pernah bekerja bersama-sama di Ford, keduanya punya kemahiran dalam teknik otomotif, dimana Hendrik jago merancang struktural dan manajemen program dalam mobil.
Sementara Raymond lebih berfokus pada tata elektronik mesin, kontrol sistem, hingga handling data kendaraan.
Pada akhir tahun 2018, Raymond dan Hendrik mengambil pivot menjadikan McEasy sebagai perusahaan digital untuk logistik dan transportasi B2B, karena keduanya memiliki pengalaman mengurus bisnis B2B.