Ini mengacu pada periode waktu di mana film perlu diputar di bioskop sebelum diizinkan untuk ditampilkan di tempat lain.
“Untuk melindungi industri bioskop, regulator akan memperketat aturan bahwa film hanya akan ditayangkan pada platform online setelah rilis luas di bioskop,” ujar sumber tersebut.
Baca Juga: Kartu perdana 1ON+ Smartfren Aktif Setahun, Mulai Rp 40 Ribu Dapat Kuota 1,5GB per Bulan
Asal tahu saja, industri sinema China, yang merupakan yang terbesar kedua di dunia berdasarkan perolehan box office setelah Amerika Serikat.
Bisnis industri bioskop tengah terguncang bisnisnya, menyusul perintah penutupan lebih dari 10.000 bioskop sejak Januari.
Seorang eksekutif senior iQiyi yang menolak disebutkan namanya mengatakan kepada Reuters perusahaan akan mengikuti instruksi pemerintah.
"Tujuan kami sejatinya hanya memuat masyarakat bisa melihat film yang bagus," kata sang eksekutif.
Baca Juga: Pengguna Vivo Bisa Ajukan Perpanjangan Garansi Hingga Akhir Juni
Dihubungi Reuters, Administrasi Film Nasional tidak segera menanggapi permintaan komentar. ByteDance juga tidak memberikan tanggapan segera.
Yang pasti, Administrasi Film Nasional, Rabu (29/4) menyatakan, bahwa film box office China menghadapi kerugian lebih dari 30 miliar yuan atau sebesar US$ $ 4,24 miliar tahun ini karena epidemi virus corona.
Padahal tahu lalu, pendapatan Box (NYSE: BOX) sebanyak US64 miliar yuan pada 2019.
Baca Juga: Ini 5 Alasan Pengguna Beralih Gunakan Smart TV Daripada TV Biasa