Layaknya teman-teman sebaya mereka, para remaja penyandang disabilitas pun bisa unjuk gigi dalam hal keterampilan mengolah teknologi informasi dan komunikasi (ICT).Itulah yang sedang dilakukan oleh 250 orang remaja penyandang disabilitas dari 15 negara Asia-Pasifik dalam Global Information Technology Challenge (GITC) 2015 di Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang, Banten, tanggal 26-30 Oktober mendatang. GITC 2015 merupakan ajang kompetisi keterampilan ICT bagi remaja penyandang disabilitas se-Asia Pasifik yang telah diselenggarakan sejak 2011 dengan sponsor utama Korean Society for the Rehabilitation of Person with Disabilities.Tahun ini, Indonesia terpilih sebagai penyelenggara GITC melalui kerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) selaku co-host, serta didukung oleh Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Nasional. “Remaja penyandang disabilitas memiliki hak yang sama dengan orang lain untuk mendapatkan kesejahteraan hidupnya, termasuk memperoleh manfaat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,” ujar Kepala Badan Litbang SDM Kementerian Kominfo, Basuki Yusuf Iskandar, dalam acara pembukaan GITC 2015, Senin (26/10/2015).
Kompetisi GITC 2015 dibagi menjadi dua ketegori, yakni ketegori kelompok yang meliputi lomba e-Design Challenge dan e-Creative Challenge, serta kategori individual yang mencakup lomba e-Life Map Challenge dan e-Tool Challenge. Perwakilan Indonesia dalam GITC 2015 terdiri dari 36 orang remaja penyandang disabilitas berusia 15 hingga 24 tahun. Tim ini dibimbing oleh 12 orang pakar ICT dan 12 orang pendamping. Seluruh anggota Tim Indonesia beserta para pendamping menjalani masa karantina di BPRTIK (Badan Pelatihan dan Riset Teknologi Informasi dan Komunikasi)-Pustiknas, Kementerian Kominfo, Ciputat, pada 23-25 Oktober 2015, untuk mendapatkan pelatihan TI dan pengayaan materi.Acara pembukaan GITC 2015 turut dihadiri Ketua Umum YPAC Nasional Imbari Kusuma Sembada, Ketua Umum YPAC Nasional Imbari Kusuma Sembada, Vice President of Policy and Regulatory Alfairs Unit, LG Uplu Hak-joo Kang, dan Rektor UMN Ninok Leksono.Kompetisi ini diharapkan dapat memberikan kesempatan yang luas pada para remaja penyandang disabilitas untuk terus menunjukkan bakat dan keterampilan yang dimiliki.