Follow Us

Mobil Jalan Sendiri, Mimpi Muluk atau Mimpi Buruk?

- Rabu, 15 Juli 2015 | 10:40
Google Self Driving Car
Google

Google Self Driving Car

Jujur saja, saya bukan pengemudi mobil yang baik. Bahkan, terakhir kali saya mengemudikan mobil adalah ketika masih memiliki SIM A di tahun 2000-an awal. Beberapa kejadian membuat saya sekarang enggan mengemudikan mobil. Apalagi SIM A sudah tidak punya, kemampuan pun rasanya sudah lenyap. Maka, saya sungguh sangat bersemangat ketika pertama kali mendengar Google sedang membuat mobil yang bisa mengemudikan dirinya sendiri. Konsep yang diusung Google itu memang sangat cocok dengan impian muluk menikmati perjalanan tanpa deg-degan menghindari kendaraan lain.Chris Urmson, kepala pengembangan mobil tanpa pengemudi di Google, dalam sebuah sesi TED pernah mengemukakan harapannya. Bahwa ketika anak-anaknya cukup usia untuk memiliki SIM, mereka tak akan membutuhkannya. Karena, dalam bayangan Chris, pada saat itu mereka cukup menggunakan kendaraan tanpa pengemudi seperti yang sedang dikembangkan ayahnya bersama tim di Google. Sejak 1950-anGenevieve Bell, VP Corporate Strategy Intel Corp, mengatakan impian untuk berkendara tanpa mengemudi sudah ada sejak 1950-an. Ia menunjukkan sebuah iklan yang berbunyi:

Iklan tahun 1957 ini menampilkan impian soal mobil tanpa pengemudi.
via Paleofuture

Iklan tahun 1957 ini menampilkan impian soal mobil tanpa pengemudi.

ELECTRICITY MAY BE THE DRIVER. One day your car may speed along an electric super-highway, its speed and steering automatically controlled by electronic devices embedded in the road. Highways will be made safe -- by electricity! No traffic jam.. no collisions... no driver fatigue.Yang artinya: Listrik Mungkin Akan Jadi Pengemudinya. Suatu hari nanti mobil Anda akan melaju di jalan raya listrik, kecepatan dan kemudinya dikendalikan secara otomatis oleh perangkat elektronik di jalan. Jalan raya akan lebih aman -- berkat listrik! Tak ada macet.. tak ada tabrakan.. tak ada kelelahan akibat mengemudi. Bell, dalam diskusi di rangkaian acara Further with Ford, akhir Juni 2015 di Silicon Valley, mengatakan gambar iklan itu memperlihatkan betapa santainya sang pengemudi. Ia menghadap ke belakang dan bermain board game bersama keluarganya, sementara kendaraannya terus melaju di jalan raya. Di acara yang sama, Ken Washington VP Research and Advanced Engineering, Ford Motor Company, mengatakan bahwa para pembuat mobil harus mulai mengubah cara berpikir mereka. "Kami harus mulai memikirkan, kendaraan itu bukan hanya fun to drive menjadi fun to ride!" tukasnya. Chris Urmson dalam presentasinya di TED mengungkap fakta unik yang berhubungan dengan anggapan itu. Fakta itu terungkap saat salah satu karyawan Google, yang tak terlibat pengembangan mobil tanpa supir mereka, menguji sistem kemudi otonomus mereka. Orang itu, kata Urmson, tiba-tiba menyadari bahwa ponselnya kehabisan daya. Maka ia membalikkan tubuhnya ke arah kursi penumpang, mengambil ransel, mengeluarkan laptop dari ransel, mengambil kabel charger lalu membuka laptop dan meletakkannya di kursi penumpang dan memasang ponsel dengan kabel chargernya ke laptop itu. Semua dilakukan sambil kendaraan terus melaju tanpa dikendalikannya. Kira-kira, seperti itu perilaku pengemudi kendaraan yang bisa mengemudikan dirinya sendiri. Mereka akan lebih mudah teralihkan dan tidak selalu memperhatikan jalanan. Mimpi Buruk Mobil Jalan Sendiri Genevieve Bell, yang kerap disebut futuris namun selalu menganggap dirinya antropolog, mengatakan hal berikut ini di acara Further with Ford: Kenapa sih, setiap kali kita membayangkan mesin yang bisa berpikir sendiri, kita membayangkannya akan memburu dan membunuh kita?Memang sih, apa yang dikatakan Bell itu benar. Lihat saja imajinasi penuh mimpi buruk dari seri film Terminator yang menampilkan para robot dan kecerdasan buatan berperang dengan manusia untuk menguasai dunia. Masih kurang contohnya? Lihat juga The Matrix, yang menampilkan manusia dijadikan baterai oleh kecerdasan buatan. Lihat juga 2001: A Space Odyssey yang menunjukkan sistem kecerdasan buatan di sebuah kapal antariksa "mengkhianati" manusia. Bell mengatakan, asal-usul imajinasi mimpi buruk ini bisa dilacak ke sebuah tulisan yang terbit di tahun 1818. Novel karya seorang perempuan Inggris itu berjudul: Frankenstein. Karya sastra itu menjadi inspirasi kisah-kisah berikutnya yang menampilkan seorang ilmuwan gila yang menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menciptakan monster yang akan membunuh manusia. Hollywood juga cukup sering menampilkan kendaraan bermotor sebagai elemen penting dari film horor. Sebut saja Christine -- karya John Carpenter yang diadaptasi dari novel Stephen King -- yang menampilkan mobil yang bisa jalan sendiri dan membunuh orang.Tapi, Bell mengatakan, ia lebih senang mengingat kisah-kisah yang menampilkan kendaraan dengan kecerdasan buatan yang membantu manusia. Berikut adalah beberapa yang ia contohkan:Chitty-chitty Bang Bang -- sebuah film musikal tahun 1968 berdasarkan novel Ian Fleming (pengarang James Bond). Film ini menampilkan mobil yang seperti memiliki kepribadian sendiri dan bisa memberikan apa yang dibutuhkan pengendaranya, misalnya sayap yang muncul tiba-tiba saat mobil itu terjun ke jurang. Herby -- dari seri film The Love Bug (1968) yang menampilkan mobil VW kodok yang bisa mengemudikan dirinya sendiri. Mobil ini juga punya kepribadian yang unik, agak manja, nakal tapi siap menolong pemiliknya. KITT -- Singkatan dari Knight Industries Two Thousand, mobil yang ini bukan hanya bisa jalan sendiri tapi juga bisa berbicara. Mobil ini adalah rekanan dari Michael Knight (diperankan oleh David Hasselhoff) dalam seri Knight Rider yang sempat populer di Indonesia pada 1990-an.

Demonstrasi mobil yang bisa parkir sendiri dalam rangkaian Further with Ford 2015 di San Francisco, 22-26 Juni 2015.
Wicak Hidayat/KompasTekno

Demonstrasi mobil yang bisa parkir sendiri dalam rangkaian Further with Ford 2015 di San Francisco, 22-26 Juni 2015.

Ken Washington dalam Further with Ford menegaskan bahwa kendaraan yang bisa jalan sendiri akan siap hadir di pasaran dalam waktu lima tahun ke depan. Ford sendiri sudah menegaskan bahwa proyek kendaraan otonomus mereka tinggal selangkah lagi masuk produksi. Namun, ada jalur yang agak berbeda antara versi Ford yang dikemukakan Washington dengan versi Google yang dikemukakan Urmson. Washington mengisahkan kendali otomatis akan menjadi fitur yang "dinyalakan" oleh pengemudi mobil. Kendali itu kemudian akan membaca kondisi jalan, cuaca dan data peta yang ia miliki. Dari situ, kendaraan bakal bisa menentukan apakah mode otonomus bisa dijalankan atau tidak. Rute yang ditempuh oleh Ford itu, cocok dengan apa yang disebut Urmson sebagai rute "asisten pengemudi". Dalam skenario ini, kendaraan otonomous dikembangkan dari teknologi "driver assistance". Sedangkan Google, menurut Urmson, berpegangan pada pendapat bahwa mobil itu nantinya harus sepenuhnya mengemudikan dirinya sendiri. Itulah mengapa mobil rancangan Google bahkan tak memiliki roda kemudi. Mana versi yang bakal mengubah cara manusia menggunakan mobil di masa depan? Sulit untuk diprediksi. Tulisan ini merupakan bagian dari Catatan Perjalanan: Jejak Inovasi, dari Detroit ke Silicon Valley. Seri ini terinspirasi dari perjalanan ke Palo Alto, California dalam rangka Further with Ford 2015 yang dilakukan Wicak Hidayat, 22-26 Juni 2015.

Editor : Nextren

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest