Esensi dari layanan cloud adalah ketidakhadiran perangkat fisik dalam pemrosesan data. Prinsip itu yang selama ini ditekankan Amazon Web Services (AWS) dalam berbagai kesempatan, pun terlihat pada produk-produk yang dihasilkan.
Namun, kini AWS melanggar "hakikat" tersebut dengan meluncurkan perangkat fisik pertamanya bertajuk "Snowball".
"Kali ini kami ingin berpikir inside the box (masuk ke dalam kotak)," kata Senior Vice President AWS Andy Jassy pada konferensi tahunan "AWS Re:Invent 2015", Rabu (7/10/2015), Las Vegas, AS.
Secara harafiah, Snowball memang berbentuk kotak. Lebih tepatnya menyerupai koper dengan bobot 50 pon atau 22 kilogram. Perangkat tersebut dirancang untuk memindahkan data berukuran besar dari pusat data (data center) perusahaan ke sistem cloud AWS dalam waktu singkat.
Sebuah Snowball diklaim mampu memindahkan 50 Terabyte (50.000 Gigabyte) data dalam waktu kurang dari sehari. Itu belum termasuk pengiriman Snowball dari database AWS ke perusahaan, juga sebaliknya.
"Semua tergantung jasa pengantarannya. Bisa satu hari, dua hari atau mungkin paling lama lima hari," kata Chief Evangelist AWS Jeff Barr, usai acara peluncuran yang dihadiri oleh Nextren.
Durasi tersebut jauh lebih cepat dibandingkan dengan pemindahan berbasis online. Diketahui, memindahkan 50 TB data akan membutuhkan waktu kira-kira 50 hari dengan mengandalkan koneksi internet 100 Mbps. "Dengan kecepatan internet tinggi, pemindahan data besar secara online tetap sulit. Apalagi jika koneksi internet buruk, pemindahan data akan memakan waktu lebih lama dari seharusnya," Barr menjelaskan.Untuk memindahkan data lewat Snowball, perusahaan atau pengembang cukup mengakses "AWS Management Console". Dari situ, pengguna bisa memesan satu atau beberapa perangkat Snowball sekaligus, tergantung seberapa banyak data yang hendak dipindahkan.
Untuk 1 PB (1000 TB) misalnya, perusahaan atau pengembang membutuhkan 20 Snowball. Setelah pemesanan diterima, AWS akan mengirimkan Snowball ke perusahaan. Selanjutnya, perusahaan cukup menghubungkan Snowball dengan jaringan internal, mengkonfigurasi alamat Internet Provide (IP) dan memindahkan semua data yang dibutuhkan.
"Dengan koneksi internal perusahaan, transfer data akan jauh lebih cepat ketimbang lewat jaringan internet bebas," kata Barr.
Setelah data terpindah, Snowball menjamin keamanan data dengan sistem enkripsi 256-bit. Pencurian data atau manipulasi data yang tak diinginkan, kata Barr, akan sulit dilakukan oleh para peretas.
Selanjutnya Snowball akan dikirim kembali ke AWS. Jika data telah masuk ke Simple Storage Service (S3) pada layanan AWS, perusahaan atau pengembang akan diberitahu melalui notifikasi di AWS Simple Notification Service (SNS).
Snowball dilengkapi dengan Kindle pada sisi kanannya untuk memantau proses pemindahan data. Disematkan pula koneksi 10 GB untuk proses pemindahan jarak dekat, serta kapasitas daya 110 Volt.
Untuk sekali pemindahan data melalui satu perangkat Snowball, perusahaan atau pengembang harus merogoh kocek 200 dollar AS atau Rp 3 juta. Saat ini alat tersebut baru beredar di data center AWS basis Amerika Serikat.
Belum jelas kapan koper pintar tersebut bakal diboyong ke Indonesia. AWS juga belum mau mengungkap berapa jumlah perangkat Snowball yang saat ini dimiliki.