Merasa Terancam, Senator Amerika Bakal Blokir TikTok di Semua Hape Milik Pemerintah

Jumat, 13 Maret 2020 | 11:35
Washington Post

Senator Josh Hawley

Nextren.com- Ancaman TikTok bagi Amerika Serikat nampaknya bukanlah sesuatu kabar yang simpang siur.

Dilarang sejak tahun lalu oleh Senator Amerika, Josh Hawley, TikTok saat ini malah tetap bisa bertahan meskipun di Amerika.

Hawley masih bersih kukuh bahwa aplikasi besutan ByteDance tersebut adalah salah satu agen mata-mata Tiongkok untuk mengalahkan Amerika.

Bukan hanya Josh Hawley, salah satu komandan angkatan laut Amerika Serikat yang disebut U.S Navy juga sempat mengecam penggunaan TikTok.

Baca Juga: Mariposa Challenge Viral di TikTok Indonesia, Ditonton Sampai 41 Juta Kali

Di bulan Desember lalu, angkatan laut Amerika dilarang untuk menggunakan TikTok dimanapun mereka berada.

Melansir dari Military.com, komandan bernama Robin Ochoa menyebutkan bahwa aplikasi tersebut adalah sebuah ancaman yang patut di waspadai.

Dengan semakin maraknya penggunaan TikTok, nampaknya Pemerintah AS semakin merasa terancam dengan keberadaan aplikasi ini.

Melansir dari Engadget, ada sebuah langkah baru yang diumumkan oleh Josh Hawley dan Rick Scoot yang merupakan senator negara bagian Florida.

Keduanya secara bersamaan memperkenalkan RUU yang melarang pegawai pemerintahan federal untuk bisa menggunakan aplikasi TikTok.

"TikTok dimiliki oleh perusahaan China yang memasukkan anggota Partai Komunis China di dewan, dan diharuskan oleh hukum untuk berbagi data pengguna dengan Beijing," ucap Josh Hawley.

"Perusahaan bahkan mengakui itu mengumpulkan data pengguna saat aplikasi mereka berjalan di latar belakang - termasuk pesan yang orang kirim, gambar yang mereka bagikan, penekanan tombol dan data lokasi, apa saja" lanjutnya.

Padahal, hal tersebut sudah diklarifikasi olwh pihak TikTok beberapa waktu lalu melalui blog resminya.

Baca Juga: Hati-Hati! Viral di TikTok Ada Kamera Pengintip Dipasang di Speaker Hotel

Pada unggahannya, TikTok mengatakan bahwa pihaknya masih tetap menjaga keamanan data penggunanya.

Database yang ada pada aplikasi TikTok juga dikatakan tersimpan di luar Tiongkok.

Sebagai contoh, puhak perusahaan sempat membocorkan bahwa data pengguna aplikasi tersebut ada yang disimpan di negara Singapura.

Namun apadaya, nampaknya apa yang dilakukan oleh TikTok adalah sia-sia.

Baca Juga: Konten Kreator TikTok Buat Video Edukasi Terkait Virus Corona

Pihak Amerika masih memiliki rasa khawatir yang berlebihan terhadap eksistensi yang dimiliki oleh TikTok.

Keputusan yang dibuat oleh pemerintah Amerika Serikat ini dimunculkan hanya berselang satu harisetelah pihak TikTok mengumumkan "Transparation Center".

Itu adalah sebuah program baru yang dimiliki TikTok untuk mengurangi kehawatiran pengguna terkait kebocoran data pribadi.

Mengutip dari Engadget, pihak TikTok ternyata memberikan sebuah statement untuk menanggapi upaya Amerika tersebut.

Baca Juga: Kini Orangtua Bisa Kontrol Anak Main Tiktok, Lewat Fitur Safety Mode Family

TikTok

Dinda Cassanova di acara TikTok Akhir Tahun

Melalui juru bicaranya, TikTok mengatakan bahwa apa yang dilakulan oleh AS adalah sesuatu yang tidak memiliki dasar.

Selain itu, pihak TikTok juga terus berusaha untuk meminimalisir pikiran-pikiran serupa yang kemungkinan akan hadir di beberapa negara lainnya.

"Kami akan meningkatkan dialog dengan pihak parlemen untuk menjelaskan kebijakan kami" ungkap jubir TikTok dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: TikTok Populer, CEO Reddit Tuduh Sebagai Aplikasi Parasit dan Mata-Mata

Di Indonesia sendiri, TikTok memang sempat diblokir pada tahun lalu sebelum diaktifkan lagi hingga sekarang.

Bukan karena isu mata-mata tapi kala itu di aplikasi tersebut marak konten negatif yang berbau porno.

(*)

Tag

Editor : Wahyu Subyanto