Nextren.com - Grup Bosch, perusahaan penyedia layanan dan teknologi global, mencatat penjualan dari operasional sebesar 1.309,06 triliun rupiah (77,9 miliar euro) sepanjang 2018.Angka ini mengalami kenaikan pendapatan mencapai 4,3 persen (setelah penyesuaian terhadap efek nilai tukar).Sementara, EBIT (laba sebelum bunga dan pajak) dari operasional mencapai sekitar 89,1 triliun rupiah (5,3 miliar euro); atau menghasilkan margin EBIT sebesar 6,9 persen.“Terlepas dari kondisi ekonomi yang berat, Grup Bosch berkinerja baik sepanjang 2018. Penjualan dan performa bisnis kami sekali lagi mencapai level tertinggi,” kata Dr. Volkmar Denner, ketua dewan manajemen Robert Bosch GmbH, dalam keterangannya kepada Nextren.
Baca Juga : Indonesia Bakal Punya Pabrik 3D Printer Pertama, Desain Produk Baru Lebih CepatKhususnya di wilayah Asia Pasifik dan Afrika, penjualan Bosch naik 0,4 persen menjadi 389,8 triliun rupiah (23,2 miliar euro).
Baca Juga : Peneliti Temukan Bahan Yang Bisa Memperkuat Diri, Makin Lama Dipakai Malah Makin Kuat
Kedua, sistem pengemudian tanpa driver, yang membuka peluang bagi beragam model bisnis disruptif, seperti robotaxi dan mobilitas berbasis antar-jemput. Hingga 2022 saja, ekspekstasi Bosch bisa menggelontorkan 67,2 triliun rupiah (4 miliar euro) untuk investasi awal di bidang otomatisasi pengemudian.
Baca Juga : Programmer di China Kerjai Mesin ATM, Berhasil Tarik Uang 13 MiliarBosch membuat sistem elektrik untuk semua jenis sistem tenaga, dari sepeda hingga truk. Baru-baru ini, perusahaan menjalin kemitraan strategis untuk pengemudian otomatis dan pengemudian listrik dengan produsen mobil listrik Tiongkok, NIO. Di Tiongkok pula, pada 2019 ini, Bosch akan memulai produksi as elektronik (e-axle), solusi powertrain ringkas untuk mobil listrik.
Baca Juga : Teknologi AI Akan Bantu Difabel Berjalan Kembali Dalam Hitungan Menit
Kecerdasan buatan industri Bosch percaya salah satu bidang inti keahlian di masa depan adalah aplikasi industri kecerdasan buatan (artificial intelligent/AI). Pada pertengahan dekade mendatang, semua produknya ditargetkan telah dilengkapi kecerdasan buatan, atau AI akan berperan dalam pengembangan dan pembuatannya. “Memang benar bahwa perusahaan Amerika dan Tiongkok mendominasi industri AI untuk konsumen. Namun, tanpa keahlian domain dalam lalu lintas, manufaktur, atau bangunan, potensi mereka akan tertinggal di belakang AI industri,” papar Denner.
Baca Juga : Mirip Manusia, Pembawa Berita ini Ternyata Hasil Teknologi AI